Kamis, 14 Februari 2008

Waktu yang berputar

Alkisah, ada seorang pelajar di sebuah desa kecil yang memiliki cita-cita sebagai pegawai pemerintah. Demi mewujudkan cita-citanya, ia berangkat ke ibukota karena akan menempuh ujian negara. Di sela perjalanan yang jauh dan melelahkan, si pelajar berhenti sejenak melepas lelah. Di tengah waktu istirahat, saking lelahnya ia pun terbawa lamunan. Tiba-tiba, muncullah perasaan was-was terhadap kemampuan diri nya. tapi, ai juga membayangkan seandainya bisa di terima sebagai pegawai pemerintah. Di tengah keasyikkannya melamun, seorang kakek datang menghampirinya seraya menyapa, "Hai anak muda,engkau tampaknya bukan orang dari sini, hendak kemana?

"Saya hendak ke ibukota Kek, mengikuti ujian negara. "

"Kakek perhatiin dari tadi,apa yang sedang kau lamunkan?"

"Ah,bukan apa-apa Kek. Hanya saja saya ingin sekali bekerja di pemerintahan. Cuma saya takut tidak di terima.

Tak lama, pembincangan mereka pun makin seru. Setelah bertukar pikiran, Tiba-tiba si kakek mengeluarkan suatu benda dari sakunya. Lantas,diberikan benda itu kepada si pelajar, sambil berkata, " Mungkin ini yang kau butuhkan Nak! "

Hah,sebuah gasing? Bagaimana sebuah gasing dapat mewujudkan cita-cita saya,Kek? tanya si pemuda keheranan.

Sang Kakek menjawab, "Nak, ini adalah gasing waktu, Jika kamu memutar gasing ini ke kanan,maka kamu akan sampai ke masa depan pada saat dan keadaan yang kamu inginkan dan sebaliknya. " Setelah si pelajar menerima gasing , si kakek segera berlalu.

Merasa aneh, si pelajar segera mencoba kebenaran ucapan sang kakek. Sambil membayangkan keberhasilan dirinya lulus ujian negara, ia memutar gasing kekanan. Tiba-tiba, si pelajar mendapati dirinay di papan pengumuman ujian negara dan namanya tercantum pada pengumuman kelulusan. Si pelajar sangat bergembira. Namun, kegembiraannya tidak bertahan lama. Muncul perasaan tidak sabar untuk segera bisa bekerja di pemerintahan. Maka, ia pun kembali memutar gasingnya ke kanan. Dalam sekejap, si pelajar sudah berada pada pekerjaannya di kantor pemerintah.

Sayang, kenikmatan sebagai pegawai pemerintahan ternyata juag tidak bertahan lama. Timbul keinginan yang lebih, yakni ia ingin menjadi pejabat pemerinta. maka ia pun segera memutar kembali gasingnya. Saat itu juga, ia berada pada posisi yang di inginkannya. Karena keenakan, memutar gasing untuk mempercepat waktu dan menghindari kesulitan dalam mencapai cita-cita kini menjadi kebiasaan si pelajar.

Secepat gasing berputar,si pelajar pun tanpa terasa berubah menjadi tua dan menjelang ajal. Ada penyesalan dalam dirinya "Betapa singkat dan hambarnya kehidupanku. Alangkah baiknya jika putaran gasing kearah yang berlawanan. Maka, diputarnya gasing itu ke kiri. Tiba-tiba dia pun terbangun dari tidurnya. Ternyata,semua peristiwa tadi hanya mimpinya belaka.

Sejenak, si pelajar merasa senang dan bersyukur bahwa semua itu hanya mimpi. Dia pun berjanji pada dirinya sendiri,akan tetap berusaha dan menikmati setiap proses perjuangan untuk mencapai apa yang menjadi cita-citanya.



Pembaca yang berbahagia,

Di dalam hidup ini tidak ada jalan pintas untuk sukses sejati. Kalaupun ada, pasti ada "harga" lain yang harus di bayar untuk itu. Sayangnya, kita seringkali kurang sabar dalam mencoba meraih cita-cita. Bila fokus pikiran kita di penuhi keinginan mencapai sukses secara singkat, maka langkah yang di ambil bisa cenderung negatif. Bisa menghalalkan semua cara,melanggar hukum,bahkan tega mencelakai siapa pun yang mencoba menghalanginya dan memperoleh sukses secara instan. Untuk apa mengejar "sukses dengan jalan pinta" kalau hanya penyesalan yang di dapat dikemudian hari? Jika sikap mentalitas seperti ini yang di miliki, kita tidak akan bisa menjadi manusia tangguh dalam menghadapi segala ujian dan cobaan.

Sesungguhnya kenikmatan kesuksesan justru berada pada nilai proses perjuangan yang kita lakukan dan kemampuan kita mengatasi setiap halangan yang menghadang!

Seperti filosofi saya. "Success is my right! Sukses adalah hak saya!" juga hak setiap orang. Tapi perlu diingat,bahwa untuk meraih setiap kesuksesan, kita harus siap membayar "harga", yakni siap bersusah payah dahulu, siap belajar dan menghadapi setiap kesulitan yang datang dengan tetap memegang teguh moral dan etika sebagai landasan. Dan sekaligus mampu memperjuangkan dengan penuh semangat, pantang menyerah, demi terwujudnya kesuksesan yang kita harapkan.


Nb : " Sesungguhnya kenikmatan kesuksesan justru berada pada nilai proses perjuangan yang kita lakukan dan kemampuan kita mengatasi setiap halangan yang menghadang."

Tidak ada komentar: